Hai Climber!
Ada beragam cara dilakukan para pemanjat, untuk mengenalkan olah raga panjat tebing di Indonesia. Salah satunya, aksi nekad yang dilakukan Harry Suliztiarto dan Agoes Resmonohadi Ekapoetra.
Aksi dua mahasiswa ini, membuat gempar warga Jakarta pada 42 tahun yang lalu. Tepatnya pada tanggal 5 Desember 1979.

Warga yang melewati jalan Cikini kaget, melihat kemunculan sebuah patung di atas kubah gedung Planetarium, di kawasan Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.
Sejumlah media cetak pun, menulis berita dengan berbagai judul berbeda : “Patung di Atas Kubah Planetarium. Bagaimana dan Kapan Memasangnya?” Dan ada pula yang menulis : “Patung Misterius pada Penangkal Petir Planetarium.”
Usut punya usut, pelakunya adalah para mahasiswa Seni Rupa jurusan Patung yang saat itu tengah menggelar Pameran Bienalle Senirupawan Muda 1979.
Selain menggelar kegiatan seni, instalasi patung orang yang dipasang tepat di atas kubah setinggi 25 meter itu, juga dilakukan sebagai upaya mempublikasikan lebih luas cabang olah raga panjat tebing yang masih tergolong baru di Indonesia saat itu.
Dua tahun menekui hobi panjat tebing, Harry mengaku gemas dan tertantang melihat kubah di gedung Planetarium.
Rencanapun disusun. Setelah melakukan pengamatan pada gedung setinggi 40 meter itu. Merekapun memutuskan untuk mendaki kubah lewat alat penangkal petir.
Permasalahan muncul, saat diketahui jika besi beton yang menyangga kawat penangkal petir hanya mampu menanggung berat 50 kilogram saja! Permukaan kubah juga ternyata sangat licin.
Namun, tekad dua pemanjat nekad inipun tak lantas surut. Mereka mengakalinya dengan menggunakan sepatu karet yang dibungkus karet mentah dan disiram bensin. Agar pijakan lebih kuat dan merekat.
Pemanjatan pun, akhirnya dilakukan tanggal 4 Desember 1979 tepat jam 20.10 WIB, dengan Harry Suliztiarto sebagai pemanjat pertama.
Pemanjatan sengaja dilakukan malam hari, dengan estimasi waktu memanjat selama 8 jam. Atau, dengan ketinggian kubah sekitar 25 meter, keduanya hanya bisa memanjat 5 meter setiap jamnya.
Pemanjatan sempat terhenti karena hujan turun dan permukaan kubah semakin licin. Saat itulah Harry, sempat merasa menyesal dengan ide nekadnya ini. Menggantungkan hidup pada penangkal petir, disaat hujan.
Akhirnya jam 00.20 WIB Harry berhasil sampai puncak, disusul Agoes pada jam 03.35 WIB. Menjelang fajar, keduanya memasang patung yang sudah disiapkan di atas kubah dan turun.
Naas, saat turun keduanya sudah ditunggu Direktur Planetarium dan aparat keamanan setempat. Mereka khawatir, keberdaan patung akan membahayakan keamanan gedung. Akhirnya patung berhasil diturunkan dengan bantuan dua buah mobil pemadam kebakaran.
Climber!
Sosok Harry sendiri, kini menjadi salah satu legenda, bahkan dijuluki sebagai ‘Bapak Panjat Tebing Indonesia’.








